1. Bahtera Nabi Nuh
Tahun 1949, Angkatan Udara
Amerika Serikat menemukan benda mirip kapal di atas gunung Ararat,
Turki, dari ketinggian 14.000 kaki (4.600 m). Penampakan benda mirip
kapal dengan panjang sekitar 150 meter juga ditemukan oleh pesawat
tentara nasional Turki pada tahun 1960.
![]() |
| Bahtera Nabi Nuh di Gunung Ararat, Turki (arkdiscovery.com) |
Penemuan benda ini
diyakini sebagai lokasi berlabuhnya kapal nabi Nuh setelah peristiwa
banjir besar hukuman dari Tuhan. Akhirnya pada tahun 2010, peneliti
arkeolog-antropologi dari dua Negara yaitu Cina dan Turki yang
beranggotakan 15 orang, menemukan bukti baru. Mereka mengumpulkan
serpihan kayu kapal, tambang, dan paku. Hasil laboratorium menunjukan
bahwa fosil kayu kapal nabi Nuh berasal dari kayu jati berusia 4.800
tahun yang ada di Jawa. Mereka memastikan bahwa fosil kayu jati tersebut
berasal dari Jawa Timur atau Jawa Tengah, walau pada akhirnya penemuan
ini dianggap hoax.
2. Tjipetir
Musim panas 2012, Tracey
Williams, seorang warga Negara Inggris, menemukan balok karet
bertuliskan Tjipetir di pantai Newquay. Seminggu kemudian, dia menemukan
lagi benda yang sama di bagian pantai yang lain. Penasaran, dia
menyelidikinya secara amatir. Hasil sementara, balok-balok karet dari
getah perca tersebut berasal dari kapal yang tenggelam ketika Perang
Dunia I atau Titanic.
![]() |
Tracey Williams dan balok getah perca Tjipetir (bbc.com)
|
Tracey lalu
mengunggahnya di Facebook. Hasilnya dia mendapat laporan penemuan benda
yang sama diantaranya dari Wales, Shetland, Kep. Channel, Spanyol,
Prancis, Belanda, Jerman, Norwegia, Swedia, hingga Denmark. Dua orang
yang enggan menyebutkan namanya, meneleponnya dan memberitahu bahwa
balok-balok karet tersebut berasal dari kapal Jepang bernama Miyazaki
Maru.
Miyazaki Maru tenggelam karena
di bom kapal selam Jerman U-88 yang dinahkodai Walther Schwieger.
Tjipetir kemudian diketahui merupakan nama sebuah pabrik dan perkebunan
karet di Sukabumi. Kini pabrik tersebut masih menghasilkan walau tidak
sejaya dulu karena karet getah perca kalah pamor dari karet sintetis dan
plastik, dan nama pabriknya sedikit berubah menjadi Cipetir. Getah
perca sendiri merupakan tumbuhan asli Indonesia yang dapat dimanfaatkan
sebagai instalasi kabel dasar laut, pelapis luar bola golf, campuran
gips untuk pembalut tulang, dan bisa digunakan untuk perawatan gigi
serta pembuatan gigi palsu.
3. Madagaskar
Penduduk Madagaskar diyakini
merupakan pendatang. Beberapa ahli meyakini bahwa orang Indonesia yang
pertama kali mendiami pulau tersebut sekitar 2000 tahun yang lalu.
Beberapa ahli lainnya meyakini bahwa penduduk Madagaskar adalah campuran
antara orang Indonesia dan Afrika yang tiba pada masa lebih modern.
Pada tanggal 21 Maret 2012, jurnal Proceedings of the Royal Society B
menyimpulkan bahwa nenek moyang penduduk Madagaskar adalah orang
Indonesia.
![]() |
| Penduduk Madagaskar di tahun 1900-an (ourpacificocean.com) |
Murray Cox, seorang
ilmuwan asal Massey University di Selandia Baru, melakukan analisis DNA
2.745 orang Indonesia yang berasal dari 12 kepulauan serta 266 etnis
Malagasi (penduduk Madagaskar), terdiri dari Mikea, Vezo, dan Andriana
Merina. Hasilnya 22% sampel punya pola DNA Polinesia yang jarang
ditemukan di Indonesia bagian barat, dan di salah satu suku Malagasi
karakter ini ditemukan pada 1 dari 2 orang. Para peneliti juga menemukan
bahwa pada awalnya, sekitar 1200 tahun yang lalu, Madagaskar didiami
sekitar 30 orang perempuan yang 93%-nya adalah orang Indonesia dan
7%-nya adalah orang Afrika.
Jumlah pria belum dapat
dipastikan, tapi mereka meyakini hanya sedikit sekali. Yang masih
menjadi pertanyaan adalah bagaimana caranya orang Indonesia saat itu
bermigrasi ke Madagaskar, yang jika dihitung jaraknya sekitar 8000 km
jauhnya? Dan apakah yang menyebabkan mereka bermigrasi ke Madagaskar?
Masih menjadi misteri.
4. Atlantis
Atlantis merupakan pulau legenda
yang disebutkan oleh Plato pada dialognya Timaeus dan Criticias yang
ditullis sekitar 360 SM. Atlantis digambarkan oleh Plato sebagai negara
besar dengan peradaban maju, yang tiba-tiba hancur dan tenggelam karena
mengalami gempa bumi akibat letusan beberapa gunung berapi secara
bersamaan serta banjir dalam waktu semalam, ketika akan melancarkan
perang besar dengan Athena.
![]() |
| Atlantis : The Lost Continent Finally Found (http://2.bp.blogspot.com) |
Plato mengisahkan,
pada jamannya, Atlantis merupakan pusat dari peradaban dunia dalam
bentuk budaya, kekayaan alam, ilmu/teknologi, dan lain-lain. Berbagai
hipotesis lokasi sudah bermunculan, konon Atlantis dulu ada di daerah
Yunani, Spanyol, Timur Tengah, Amerika Selatan, hingga Kutub Utara.
Pada tahun 2005, Prof. Arysio
Nunes dos Santos, seorang atlantolog, geolog, dan fisikawan nuklir asal
Brazil, mengungkapkan hasil risetnya selama 30 tahun dalam buku
“Atlantis : The Lost Continent Finally Found” bahwa Atlantis terletak di
wilayah yang sekarang bernama Indonesia. Santos mengatakan bahwa pada
masa lalu Atlantis terbentang mulai dari bagian selatan India, Sri
Lanka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, terus ke arah Timur dengan Indonesia
sebagai pusatnya. Hal tersebut diungkapkannya setelah membandingkan 33
keadaan seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, dan
cara bertani.
Indonesia memiliki banyak
kesamaan dengan apa yang disebutkan oleh Plato, mulai dari sistem
terarisasi sawah yang diadopsi Piramida di Mesir dan bangunan kuno Aztec
di Meksiko, jumlah rantai gunung berapi di Indonesia yang meletus
secara bersamaan menyebabkan Indonesia yang awalnya menyatu menjadi
terpisah-pisah, hingga kemungkinan sistem kanalisasi penyaluran semburan
lumpur panas di masa lalu yang belakangan menyembur di Porong,
Sidoarjo.
5. Michael Rockefeller
Keluarga Rockefeller adalah
salah satu keluarga kaya di Amerika Serikat yang tidak hanya masuk ke
dunia industri, tapi juga politik dan perbankan. Keluarga ini dianggap
kaya raya di akhir tahun 1800-an dan awal 1900-an ketika minyak bumi
mereka mencapai booming di bawah bendera perusahaan Standard Oil, walau
pada tahun 1911 pengadilan Amerika Serikat memenangkan gugatan Theodore
Roosevelt (presiden Amerika Serikat saat itu) atas tuduhan praktik
monopoli illegal. Perusahaan minyak Exxon, Mobil dan Chevron
keuntungannya mengalir ke keluarga Rockefeller. Keluarga ini dikenal
juga memiliki Chase Manhattan Bank yang sekarang menjadi bagian dari JP
Morgan Chase.
![]() |
| Michael Rockefeller dan sosok yang diduga. (http://banjarmasin.tribunnews.com) |
Michael Clark
Rockefeller merupakan generasi ke-empat keluarga Rockefeller. Dilahirkan
pada tanggal 18 Mei 1938, anak bungsu dari 5 bersaudara ini meraih
gelar cum laude dari Universitas Harvard untuk bidang sejarah dan
ekonomi. Michael juga dikenal suka dengan dunia arkeologi, dia suka
mengumpulkan artefak-artefak kuno dari beberapa penjuru dunia. Setelah
mengabdi pada negara dengan menjadi prajurit selama 6 bulan, Michael
bekerja untuk Museum Arkeologi dan Etnologi Peabody di tahun 1961. Pada
tanggal 17 Nopember 1961, Michael yang saat itu berusia 23 tahun,
bersama seorang antropolog asal Belanda bernama René Wassing menaiki
perahu sepanjang 12 meter yang akhirnya terbalik karena hujan badai
sekitar 5 km dari tepi pantai Papua.
Terapung-apung selama beberapa
waktu, pagi hari di 19 November 1961, Michael mengatakan pada René “I
think I can make it,” lalu berenang ke tepian. Saat itu jarak antara
mereka dan tepi pantai sekitar 19 kilometer. René diselamatkan pada hari
berikutnya, sementara Michael tidak ditemukan di mana pun. Dugaan
sementara Michael kepanasan, kelelahan lalu tenggelam.
Hilangnya Michael membuat sang
ayah, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur New York, menyewa Boeing
707 dan terbang bersama tentara untuk mencari Michael. Setelah 10 hari
pencarian yang melelahkan, akhirnya perburuan dihentikan. Pada tahun
1968, seorang editor majalah New York, Milt Machlin, terbang ke Papua
dan bertemu dengan seorang pensiunan tentara Belanda dan misionaris,
Cornelius Van Kessel yang menyatakan bahwa seminggu setelah pencarian
Michael, muncul desas desus Michael ditangkap, dibunuh, dan dimakan oleh
suku Asmat sebagai balas dendam atas serangan polisi kulit putih
beberapa tahun sebelumnya. Kembali ke New York dengan rasa percaya tidak
percaya, Machlin mengirim fotografernya, Malcolm Kirk untuk kembali ke
Papua.
Hasil rekaman Kirk memuat
seorang kulit putih berjanggut sedang menaiki kano bersama suku Asmat
lainnya. Tapi rekaman itu disimpan oleh Machlin dan baru terungkap 40
tahun kemudian oleh Fraser Heston. Mungkinkah itu adalah Michael? Atau
hanya warga setempat yang albino? Masih menjadi pertanyaan.





Tidak ada komentar:
Posting Komentar